Minggu, 21 Oktober 2012

CHOCODOT


Kota Garut yang terletak di provinsi Jawa Barat memang identik dengan salah satu panganan khasnya yaitu Dodol Garut. Dodol memang bukan hanya dari Garut, kota Jakarta juga mempunyai kuliner yang bernama dodol. Namun perkembangan dodol Garut akhir-akhir ini cukup pesat dan banyak industri kecil atau besar yang mengemas dan mengkreasi dodol garut secara lebih modern, salah satunya adalah Chocodot. Chocodot adalah singkatan dari Chocolate with Dodol Garut.
Salah satu jenis dodol Garut ini adalah ide brilian dari Kiki Gumelar, seorang putra asli Garut yang juga berprofesi sebagai ahli kuliner. Ide dasar dari Chocodot adalah Kiki Gumelar ingin membuat jenis makanan baru khas Garut tanpa meninggalkan tradisi makanan khas Garut, yaitu dodol. Hasil penggabungan antara cokelat dan dodol garut tersebut kemudian menjadi sangat populer di mana-mana.



Bahan yang digunakan untuk membuat Chocodot adalah dark chocolate, white chocolate, dan dodol asli Garut. Kemasan Chocodot dikreasi sedemikian rupa sehingga terlihat modern dan sangat menarik. Chocodot Gunung Papandayan, Gunung Cikuray, Gunung Guntur, Gunung Haruman, Gunung Talaga Bodas, Cipanas, dan Candi Cangkuang adalah beberapa variasi jenis Chocodot yang bisa Anda nikmati. Setelah dicoba rasa coklatnya pun berbeda-beda, ada yang rasa cokelat asli, cokelat putih, rasa cokelat kopi bahkan cokelat pedas. Sangat menarik perhatian sehingga Chocodot semakin populer dimana-mana.

Selasa, 16 Oktober 2012

Pantai Sayang Heulang


Lokasi objek wisata Sayang Heulang berada di Desa Mancagahar, Kecamatan Pameungpeuk yang berjarak sekiar 89 km dari Kota Garut. Untuk mencapai pantai ini, pengunjung bisa menempuh perjalanan antara 3-4 jam dari Kota garut.
Keindahan pantai ini terletak dari pemandangannya yang masih asri dan alami. Belum banyak pembangunan di sana-sini. Pantai ini masih sepi. Di sana masih sedikit penginapan. Alternatif menginap bisa dilakukan dengan berkemah di pinggir pantai. Di Pantai Sayang Heulang terdapat lokasi perkemahan yang dapat dimanfaatkan bagi para pecinta alam yang hendak menikmati indahnya malam di pantai sambil melhiat nelayan yang mencari ikan di laut. Bagi wisatawan luar kota yang tidak membawa tenda untuk berkemah tidak perlu khawatir karena di lokasi wisata ini tersedia penginapan. Di pantai ini juga terdapat sarana pemancingan ikan yang dapat dimanfaatkan oleh para wisatawan yang mempunyai hobby memancing.
Untuk pengunjung yang akan ke pantai ini, jangan lewatkan momen indah sunset dan sunrise yang bisa dinikmati pengunjung di pantai yang berpasir putih ini. Jika anda ingin menikmati lezatnya ikan laut dan kerang laut, di objek wisata ini juga tersedia yaitu di kios-kios makanan dan minuman.

Pantai Santolo Pameungpeuk _Garut

Pantai Santolo Pameungpeuk Garut Wisata Pantai Eksotis – Pantai Santolo yang cantik ini berjarak 150 kilometer dari Kota Bandung, atau 80 kilometer dari kota Garut, Jawa Barat. Namanya tentu tidak semasyur Pantai Kuta di Bali, tetapi keheningan dan panorama di pantai ini tentu merupakan kelebihan yang tersendiri.
Bahkan, jika dibandingkan dengan Pantai Pangandaran di Ciamis atau Pelabuhan Ratu di Banten, Pantai Santolo terbilang lengang. Selain Pantai Santolo, terdapat pula Pantai Sayang Heulang yang juga tak kalah indahnya di Garut.
Pantai Santolo Pameungpeuk Garut Wisata Pantai Eksotis
Belum banyak pencinta pariwisata yang mengenal Pantai Santolo. “Mungkin karena letaknya yang jauh dan perjalanan yang berkelok-kelok, banyak orang enggan datang ke sini. Saya sangat optimistis suatu saat Pantai Santolo ini akan menjadi tujuan wisata baik Jawa Barat maupun nasional dan internasional.
Di Pantai Santolo pun terdapat sebuah tempat peluncuran roket yang merupakan bagian dari institusi Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional. Selain itu, tempat pelelangan ikan lengkap dengan restoran hasil laut bertebaran di sepanjang jalan menuju Pantai Santolo.

Selasa, 09 Oktober 2012

Tentang Garut

GARUT – Kota Garut berhias gunung-gunung yang menjulang, termasuk Gunung Gede (atau Gunung Papandayan), Gunung Guntur dan Gunung Cikuray. Di saat fajar, pemandangan gunung terkesan misterius dengan lingkup kabut yang menebal dan terlihat dari kejauhan. Kala senja di saat matahari berwarna merah dan mulai menghilang di ufuk barat, kesan itu pun muncul kembali.

Bukan hal aneh jika Garut yang begitu indah kemudian dijadikan kota wisata oleh seorang Belanda bernama Holke van Garut (seorang gubernur kesayangan pemerintah Belanda pada tahun 1930-1940) dan melihat kabupaten ini berpotensi sehingga dijuluki sebagai ”Switzerland van Java” dan kemudian mendirikan hotel di sana. Di wilayah ini juga pernah didirikan dua hotel yang antara lain bernama Hotel Belvedere dan Hotel Van Hengel.

Ada juga hotel lain yang berada di luar kota Garut termasuk Hotel Ngamplang di Cilawu, Hotel Cisurupan, Hotel Malayu di Tarogong, Hotel Bagendit di Banyuresmi, Hotel Kamojang di Semarang dan Hotel Cilaut Eureun di Pamengpeuk. Semua hotel itu (termasuk hotel milik Holke van Garut), sayangnya telah hilang, rata dengan tanah atau berubah fungsi dan wujudnya.

Situs Sejarah
Nama Garut sendiri mulanya cukup unik. Di awal tahun 1813, Bupati Limbangan, Adipati Adiwijaya, memerintahkan untuk mencari tempat yang cocok sebagai ibu kota kabupaten. Akhirnya, ditemukanlah sebuah tempat yang cocok, berupa tanah datar, subur, lengkap dengan mata air yang terus mengalir ke Sungai Cimanuk. Berkah alam ini ditambah pula dengan pemandangan yang indah dari gunung-gunung di sekitarnya, yaitu Cikuray, Papandayan, Guntur, Talaga Bodas dan Karacak. Konon, pada masa pemerintahan bupati itulah tempat ini mulai diberi sebutan ”Garut”.

Sejak awal abad ke-19, Garut memang heterogen dengan masyarakat yang berusaha di perkebunan, bahkan sebagai tempat wisata sejak masa kolonial Belanda. Usaha perkebunan yang terletak di sekitar Giriawas, Cisaruni, Cikajang, Papandayan, dan Darajat ketika itu telah dikelola oleh swasta Belanda. Baru pada tahun 1900-1928 diikuti dengan perkebunan karet, teh, kini di daerah Cilawu, Cisurupan, Pakenjeng, Cikajang, Cisompet, Cikelet dan Pameungpeuk.

Dulu, di Garut, ada juga situs candi bernama Candi Cangkuang (konon didirikan pada abad ke-7, pada masa peradaban Hindu-Jawa) yang sebenarnya sudah cukup tua – bahkan konon lebih tua dari candi Prambanan – yang kemudian sayangnya sempat dihancurkan saat sejarah pergolakan ideologi di tahun 1950-an. Sayang sekali, pandangan dan ideologi yang sempit telah menghancurkan tatanan dan peradaban budaya yang begitu dikenal di masa lampau.

Karena pesona itu, beberapa tokoh dunia termasuk Charlie Chaplin, Ratu Beatrix dan keluarga dari Ratu Wilhelmina pernah datang ke wilayah ini.

Tempat untuk wisata lainnya yang juga menarik dari Garut adalah Kawah Papandayan, Kawah Kamojang, Kawah Manuk, Kawah Talaga Bodas, Situ Cangkuang, pemandian air panas, Cipanas Bagendit, Gunung Cikuray, Gunung Guntur dan Pantai Pameungpeuk.

Sumber Alam
Potensi alami yang ada di lingkungan sekeliling yang asri dan sejuk ini dipertahankan. Bentuk bangunan diusahakan tidak direkayasa dan mengambil filosofi bangunan Sunda yang memang telah ada sejak ratusan tahun yang lalu di Garut.

Kampung Sumber Alam, yang dimiliki oleh Rahmat Syukur Maskawan ini selain terdiri dari bungalow juga memiliki fasilitas lain seperti ruang rapat, restoran, kolam renang dan Spa. Kampung Sumber Alam, memiliki fasilitas 40 buah kamar dengan ruang pertemuan Inten Dewata dan Gambir Wangi, Restoran Tanjung Balebat, Kolam Renang air panas alam Tasikmadu, Warung Kopi dan Kamar Rendam Sipatahunan.
Konon, bila air panas semata memang harus dibatasi hingga 15 menit, maka air alam dari Cipanas ini tetap bisa berlama-lama. Karena kualitas air dari Cipanas mengandung sulfur, memang sangat baik untuk para pendatang.

Bangunan Kampung Sumber Alam memang menjadikan batang pohon kelapa sebagai tiang utama di setiap bangunan dengan unsur ijuk dan rumbia diharapkan dapat mengusir dingin buat penghuninya.

Berbagai wilayah dalam areal Kampung Sumber Alam ini pun menggunakan prinsip itu, antara lain: wilayah Tegal Pangulinan (tempat main anak-anak termasuk juga permainan tradisi ”anak kampung” antara lain bermain Gatrik, Nangkap Belut, Main Dampu dan permainan tradisi lainnya), Tepas Panampian, di mana ada lesung dan kentongan, pengairan dan jembatan bambu, juga Seke Jajar dan Balong Gede.

Di luar bungalow ini, yang akan didapat dari kekhasan makanan yang dihasilkan oleh penduduk Garut di masa sekarang adalah Dodol atau pun Jeruk Garut.

Sedangkan kerajinan tangan penduduknya termasuk Batik Garutan, Sutera Alam, AkarWangi, juga kerajinan kulit dengan bermacam pengolahan dengan harga yang memang tak seberapa mahal.


Sejarah Singkat Kota Garut

Sejarah Singkat Kabupaten Garut

Sejarah Singkat Kabupaten Garut – Karena produksi kopi pada saat itu menurun drastis hingga titik nol dan Bupati menolak perintah penanaman lada, maka pada tahun 1811 Daendels membubarkan Kabupaten Limbangan. Sejak masa itulah sejarah Kabupaten Garut dimulai dengan pembentukan Kabupaten Limbangan yang beribu kota di Suci. Penetapannya dilakukan oleh Letnan Gubernur di Indonesia yang pada waktu itu dijabat oleh Raffles pada tanggal 16 Pebruari 1813.
Karena Suci dinilai kurang strategis, Bupati Limbangan Adipati Adiwijaya (1813-1831) membentuk panitia untuk mencari tempat yang cocok bagi Ibu Kota Kabupaten. Maka dipilih Cimurah, namun karena air bersih susah didapat, panitia Selanjutnya panitia mencari lokasi ke arah Barat Suci, sekitar 5 Km dan mendapatkan tempat yang cocok untuk dijadikan Ibu Kota.
Sejarah Singkat Kabupaten GarutSaat ditemukan mata air berupa telaga kecil yang tertutup semak belukar berduri seorang panitia “kakarut” atau tergores tangannya sampai berdarah. Dalam rombongan panitia, turut pula seorang Eropa yang ikut membenahi atau “ngabaladah” tempat tersebut. Begitu melihat tangan salah seorang panitia tersebut berdarah, langsung bertanya : “Mengapa berdarah?” Orang yang tergores menjawab, tangannya kakarut. Orang Eropa atau Belanda tersebut menirukan kata kakarut dengan lidah yang tidak fasih sehingga sebutannya menjadi “gagarut”.
Sejak saat itu, para pekerja dalam rombongan panitia menamai tanaman berduri dengan sebutan “Ki Garut” dan telaganya dinamai “Ci Garut”. Dengan ditemukannya Ci Garut, daerah sekitar itu dikenal dengan nama Garut.Cetusan nama Garut tersebut direstui oleh Bupati Kabupaten Limbangan Adipati Adiwijaya untuk dijadikan Ibu Kota Kabupaten Limbangan.
Maka peletakkan batu pertama ( 15 September 1813) pun dilakukan untuk mengawali pembangunan sarana dan prasarana ibukota seperti rumah tinggal, kantor asisten residen,pendopo, alun-alun, mesjid dan babancong.Setelah bangunan-bangunan selesai dibuat, maka ibu kota Limbangan pindah dari Suci ke Garut (Tahun 1821). Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Jenderal No: 60 tanggal 7 Mei 1913, nama Kabupaten Limbangan diganti menjadi Kabupaten Garut dan beribu kota Garut pada tanggal 1 Juli 1913. Pada waktu itu, Bupati yang sedang menjabat adalah RAA Wiratanudatar (1871-1915).
Pada tahun 1915, RAA Wiratanudatar digantikan oleh keponakannya Adipati Suria Karta Legawa (1915-1929). Pada masa pemerintahannya tepatnya tanggal 14 Agustus 1925, berdasarkan keputusan Gubernur Jenderal, Kabupaten Garut disahkan menjadi daerah pemerintahan yang berdiri sendiri (otonom). Wewenang yang bersifat otonom berhak dijalankan Kabupaten Garut dalam beberapa hal, yakni berhubungan dengan masalah pemeliharaan jalan-jalan, jembatan-jembatan, kebersihan, dan poliklinik. Selama periode 1930-1942, Bupati yang menjabat di Kabupaten Garut adalah Adipati Moh. Musa Suria Kartalegawa. Ia diangkat menjadi Bupati Kabupaten Garut pada tahun 1929 menggantikan ayahnya Adipati Suria Karta Legawa (1915-1929).

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | SharePoint Demo